Pemberitaan media massa di Indonesia tentang serangan Israel ke wilayah Gaza akhir-akhir ini sama sekali tidak berimbang. Pemberitaan semacam itu telah membentuk opini public khususnya di Indonesia bahwa telah terjadi penyerangan terhadap negara Islam. Ini pula yang menyebabkan banyak unjuk rasa yang dilakukan oleh kelompok dan ormas maupun Parpol (Diantaranya yang menyeret salah satu ketua Partai Politik peserta Pemilu). Bahkan belakangan media telah menggiring masyarakat bahwa seolah ada sebuah pesan yang ingin disampaikan, “jangan pernah bermain-main dengan Negara Israel jika elo kagak mau babak belur”. Untuk ukuran pemikiran ala orang Indonesia, dimana secara histories dibentuk dari berbagai keragaman baik suku maupun agama, ini sangat berbahaya. Dan ini menurut saya cukup untuk memprovokasi masyarakat menuju suatu fanatisme tertentu yang berujung terhadap perpecahan. Apalagi belakangan opini-opini tersebut sengaja dibentuk dengan tujuan yang sifatnya politis dan ekonomi (Agenda Media Setting) bukan semata-mata dorongan nurani ingin membantu atau cuma bersimpati terhadap Palestina.
Kita menyadari dengan sepenuhnya bahwa aksi kekerasan yang dilakukan oleh siapa pun tidak dibenarkan baik itu secara hukum internasional, agama, tradisi, konvensi maupun moral.
Namun perlu kita pahami bahwa yang terjadi sesungguhnya adalah suatu agresi militer Israel terhadap faktor-faktor yang mengganggu keamanan negara mereka. Yang dimaksud disini adalah adanya suatu gerakan dari kelompok beraliran keras yang merong-rong keamanan serta persatuan negara mereka.
Kenyataan yang terjadi di Palestina adalah adanya dua kelompok besar yang berbeda haluan politik, visi dan garis perjuangannya sejak zaman pemerintahan Yasser Arafat. Dua kelompok yang berseberangan tersebut adalah Hamas dan Fatah. Kelompok Hamas yang kebetulan bukan dari kelompok penguasa inilah yang sangat agresif didalam menggalang kekuatan militer untuk menguasai Palestina termasuk jalur yang merupakan wilayah milik bersama antara Israel dan Palestina yaitu jalur Gaza. Di jalur Gaza sendiri didiami oleh masyarakat dengan latar belakang sosial dan agama yang berbeda-beda. Ada yang beragama Islam, Kristen maupun Yahudi.
Ibarat tidak ada asap kalau tidak ada api. Saya percaya pasti ada alasan yang sangat kuat sehingga Israel melakukan suatu agresi tersebut. Dan kenyataan yang terjadi adalah telah terjadi serangan roket oleh kelompok Hamas terhadap Israel di jalur Gaza sebelum agresi militer tersebut dilakukan.
Persis seperti saat Indonesia menjunjung tinggi persatuan nasional dari Sabang sampai Merauke untuk melawan kelompok-kelompok penggangu keamanan dan persatuan NKRI di Aceh, lampung dan Papua. Bahkan upaya keras yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia dimasa Orde Baru di Timor Leste (Timor Timur)
Kita juga pernah mengutuk negara-negara yang bereaksi terlalu keras terhadap upaya Indonesia dalam mengatasi keamanan dan keutuhan NKRI. Bahkan kita sempat memutuskan hubungan diplomatic dengan Australia gara-gara mereka memberikan suaka politik kepada kelompok pengacau keamanaan RPM yang lari ke Australia, yang barangkali pada waktu itu juga dilakukan atas nama rasa kemanusiaan.
Kalau kita mau jujur, di negara-negara Arab itu terdapat kompeksitas permasalahan dan kepentingan dari masing-masing pihak, termasuk Palenstina dan Israel yang implementasinya persatuan akan merupakan bagian paling alot dan barang paling mahal dalam perhelatan bangsa Arab dari dulu hingga kini. Dan ini akan selalu terjadi dinegara mana pun juga tidak terkecuali negara-negara yang dianggap adalah merupakan negara Agama tertentu.
Dan bagaimana kita sebagai Negara menyikapi hal ini adalah secara proaktif melobi kelompok yang bertikai untuk segera mengakhirnya, memberikan bantuan baik itu bantuan medis maupun pangan yang sangat dibutuhkan oleh mereka yang sedang menderita akibat pertikaian. Dan yang lebih penting lagi negara kita dalam keadaan yang juga sangat sulit baik secara ekonomi maupun sosial, PHK dimana-mana, bencana alam dimana-mana, musibah yang datang dan pergi (termasuk kecelakaan transportasi di Sulawesi & Maluku), mari kita bersama mengatasinya penderitaan rakyat kita sendiri yang ternyata tidak lebih baik dari penderitaan rakyat dinegara lain.
Serta hentikan pemberitaan yang tidak berimbang dan bersifat provokatif dan pemerintah segera memberikan pernyataan politik bahwa ini bukan merupakan pertikaian antar Negara apalagi pertikaian antar agama namun lebih kepada upaya suatu Negara untuk mengatasi stabilitas keamanan dan ketentraman sama seperti yang sudah kita lakukan baik itu terhadap GAM di Aceh, kelompok pengacau keamanan Lampung maupun RPM di Papua.
Jangan sampai Negara lain yang bertikai, Negara kita yang menderita….
Salam Indonesia!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar