Pemilu legislatif kurang dari 100 hari lagi. 38 partai politik terus berupaya untuk mengsosialisasikan visi dan misi mereka kepada masyarakat. Peran seluruh caleg dari berbagai tingkatan pun tidak kalah hebohnya. Hampir disemua sudut jalan baik di jalan protokol maupun jalan yang menuju komplek-komplek perumahan dipenuhi spanduk dan balihoo dengan berbagai ragam warna dan design yang menunjukan eksistensi dan partisipasi mereka dalam pesta demokrasi yang akan dilaksanakan bulan April mendatang. Putusan MK juga turut mempengaruhi iklim demokrasi tersebut. KPU dan seluruh parpol terutama parpol yang konsisten untuk melaksanakan Undang-Undang Politik No. X tahun 2008, mau tidak mau harus menjalankan apa yang sudah ditetapkan. Tidak terkecuali para elit partai yang oleh partainya ditetapkan diurutan nomor kecil disusunan daftar caleg yang telah ditetapkan oleh KPU dalam DCT, mereka “terpaksa” harus bekerja ekstra keras meyakinkan para konstituennya untuk memilih mereka sebagai wakil rakyat yang duduk dalam dewan legislatif. Tentu saja beban moral mereka lebih besar ketimbang fungsionaris partai lainnya yang ditetapkan dalam DTC dengan nomor sepatu, akan tetapi itu tidak menjadi para caleg dengan nomor besar tersebut berpangku tangan. Meraka pun harus membuktikan kepada masyarakat dan kepada pimpinan partainya bahwa mereka bukan lah orang tidak pantas untuk dicalon menjadi anggota dewan dan hanya diberikan urutan yang lebih besar dalam DTC.
Partisipasi masyarakat pun tidak kalah serunya. Sebagian diantara mereka secara proaktif datang kepada para caleg ataupun parpol untuk menawarkan berbagai macam jasa. Dari jasa pembuatan atribut partai, pemasangan, jasa konsultasi, anggota tim sukses dan sebagainya. Bahkan ada yang berani menyatakan siap mendapatkan suara sejumlah tertentu, dengan catatan ada biaya yang harus dikeluarkan (money politic).
Yang menjadi antiklimaks dari gebyar penyambutan pesta demokrasi ala
Dampak Krisis Global & Peran Serta DPP Golkar
Heforia pesta seakan berhenti takala memasuki awal bulan Desember 2008. Dampak krisis global yang terjadi dibulan September 2008 sangat terasa. Lambatnya pertumbuhan ekonomi, daya beli masyarakat yang menurun berpengaruh besar terhadap bisnis para caleg yang bukan merupakan konglomerat dengan dana melimpah. Apalagi bila caleg hanya mengandalkan gaji sebagai karyawan tentu akan mengalami kesulitan. Sementara biaya yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan kampanye tidak sedikit, terutama untuk logistic dan transportasi (posisi geografis provinsi Kalimantan Tengah yang unik). Apabila ini terus berlangsung pasti akan berdampak kurang baik terhadap tingkat awareness partai dimasyarakat. Terutama partai Golkar yang sejak awal mengandalkan para caleg untuk melakukan kegiatan kampanye. Barangkali inilah salah satu factor yang menyebabkan hasil survey baru-baru ini yang menempatkan Partai Golkar pada posisi 3 dibawah Demokrat dan PDIP.
Strategy kampanye Partai yang dilakukan 3 bulan sebelum pemilu dengan alasan “masyarakat
Hal ini tentu saja semakin memantapkan moral PDIP yang pada pemilu tahun 2004 lalu merupakan partai pemenang di Kalteng. Peran Gubernur yang juga merupakan kader PDIP pun sangat besar didalam menjalankan mesin partai. Belum lagi hasil pilkada di 14 kabupaten/kota, 60% nya dimenangkan oleh PDIP dan koalisinya. Sebagai catatan, ini merupakan salah satu blunder, dimana partai Golkar “kurang serius” dalam menghadapi Pilkada di Kalteng. Sehingga daya dorong mesin partai menjadi kurang. Namun apabila bicara tentang peluang partai Golkar untuk memenangkan pemilu 2009 di Kalteng, jawabannya adalah masih sangat besar.
1) Mengoptimalkan potensi seluruh caleg Golkar yang turut ambil bagian dalam pemilu legislative baik dari tingkat pusat, provinsi, maupun kabupaten/kota.
Optimalisasi tersebut termasuk diantaranya kontribusi caleg dalam pengadaan alat peraga (alat peraga) katakanlah setiap caleg harus memberikan sedikitnya 100 buah bendera partai untuk dipasang didapilnya masing-masing. Selanjutnya adalah menginstruksikan seluruh caleg dalam mengsosialisasikan tata cara pemilu kepada masyarakat. Sehingga frekuensi tatap muka antara caleg dan masyarakat akan meningkat.
2) Tensitas iklan diseluruh media yang ada di Kalteng di tingkatkan.
3) Segera merekrut & meng hire garda terdepan untuk melakukan kampanye door to door dan membekali merka dengan logistic yang cukup.
4) Harus ada suatu movement yang fantastis dari DPP Partai Golkar yang mampu merubah keadaan iklim politik nasional yang bertujuan untuk mendongkrat awareness masyarakat, misalnya DPP Golkar harus berani mendeklarasikan calon pemimpin nasional dari internal partai Golkar sebelum pemili legislative.
Salam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar